Transisi Pembelajaran PAUD ke SD yang Menyenangkan
Enam kemampuan fondasi anak
Membangun kemampuan peserta didik sama halnya seperti mewujudkan rumah. Dalam membangun rumah, tentu kita memerlukan proses untuk membangunnya tahap demi tahap. Mulai dengan membangun fondasinya, tiang-tiang penyangga, dinding, atap dan seterusnya
Demikian juga hal-nya dalam upaya agar peserta didik dapat membangun kemampuan fondasinya, pendidik perlu membangunnya secara bertahap dan berkesinambungan sehingga pembelajaran peserta didik pun tidak terputus. Penguasaan kemampuan fondasi secara bertahap artinya terdapat kemampuan yang perlu dikuasai lebih dahulu sebelum kemampuan yang lain, sedangkan berkesinambungan artinya kemampuan fondasi dibangun secara berkesinambungan melalui pembelajaran di PAUD hingga SD kelas awal.
Dalam mewujudkan gerakan transisi PAUD ke SD yang menyenangkan, Kemendikbudristek menargetkan 3 (tiga) perubahan. Ketiga target perubahan tersebut yaitu menghapus calistung (membaca, menulis, dan menghitung) sebagai syarat seleksi masuk SD, menerapkan pengenalan lingkungan sekolah selama dua minggu pertama untuk PAUD dan SD, serta menerapkan pembelajaran yang dapat membangun enam kemampuan fondasi anak sejak PAUD hingga awal SD.
Tujuan penerapan pembelajaran yang membangun enam kemampuan fondasi anak adalah untuk membangun kemampuan anak agar tidak hanya berfokus pada satu titik saja namun secara menyeluruh atau holistik. Terdapat 6 (enam) aspek yang sama pentingnya dan akan membantu anak tumbuh secara seimbang, mulai dari sisi akhlak, komunikasi, hingga, kematangan kognitif.
Berikut 6 (enam) kemampuan fondasi yang dapat dibangun selama anak di PAUD hingga kelas dua SD:
Pengenalan tentang agama dan budi pekerti menjadi aspek dasar yang perlu diberikan pada anak usia PAUD dan awal SD.
Anak perlu mempelajari bagaimana mengelola emosi dan mengenal dirinya agar saat ia menghadapi berbagai masalah, ia mampu mengelola emosinya. Mengenalkan emosi pada anak sangat penting sejak anak usia dini.
Aspek bahasa anak dalam berkomunikasi dan bersosialisasi merupakan hal penting untuk difokuskan sebagai salah satu fondasi.
Membuat belajar sebagai satu aktivitas yang menyenangkan dapat membuat anak-anak akan selalu senang dengan kegiatan tersebut, sehingga sampai usia dewasa pun mereka akan tetap senang untuk belajar.
Kemampuan motorik kasar dan halus menjadi faktor penting untuk menunjang anak berpartisipasi di lingkungan sekolah secara mandiri.
Kemampuan ini bukan sekadar mengenal aksara maupun pandai menghitung, tetapi lebih mengarah untuk merawat rasa ingin tahu anak dan memicu rasa ingin bertanya tentang hal-hal yang belum mereka tahu.
Sumber:
Majalah Jendela Kemendikbudristek Edisi 65
Materi terkait dapat diunduh pada tautan :
https://www.tiraswati.net/download